Senin, 28 November 2016

Puluhan Tahun Penelitian, Kemampuan Ilmuwan Untuk Memprediksi Perilaku Bunuh Diri Tidak Mengalami Peningkatan Yang Signifikan

Suicide, Suicidal Behaviour, Suicidal Ideation
Bunuh Diri
Image Source: http://suicidal-lovez.blogspot.co.id/

Kemampuan ahli dalam memprediksi individu akan mengakhiri hidupnya tidak berubah dan tidak meningkat signifikansinya selama 50 tahun akhir ini, menurut review komprehensif dari penelitian bunuh diri yang diterbitkan oleh American Psychological Assosiation.

"Pikiran dan perilaku bunuh diri merupakan permasalah umum, mematikan, dan masalah kesehatan yang dapat dicegah. Meskipun terdapat kemajuan besar di ilmu medik dan psikologi, dampak kerusakan dari pemasalahan ini masih sama dalam beberapa dekade". Ucap Joseph Franklin, PhD, dari Universitas Harvard, menjadi penulis utama studi ini, di jurnal Psychological Bulletin.

Pemahaman yang baik mengenai faktor dari pikiran dan perilaku bunuh diri sangat penting untuk membangun teori ilmiah, ketepatan penilaian resiko dan keefektifan pengobatan, berdasarkan Franklin.

"Setiap hari, ribuan dari klinikan bergantung pada setengah abad penelitian faktor resiko untuk menentukan keputusan kritis tentang resiko bunuh diri dan pengobatannnya", Katanya. "Tujuan utama dari studi ini telah menghitung kekuatan dan ketepatan dari faktor resiko".

Franklin dan kolegannya melakukan meta-analisis pada 365 studi yang telah berlangsung selama 50 tahun terakhir mengenai faktor resiko (seperti: depresi, riwayat percobaan bunuh diri, kejadian hidup yang penuh tekanan, penyalahgunaan zat) dan kemampuannya untuk memprediksi pikiran dan perilaku bunuh diri dalam jangka waktu yang lama.

"Analisis kami menunjukkan bahwa sains hanya dapat memprediksi perilaku dan pikiran bunuh diri kedepan dengan menebak-nebak. Dengan kata lain, ahli dalam bunuh diri yang melakukan penilaian mendalam mengenai faktor resiko memprediksi pikiran dan perilaku bunuh diri pasien kedepan ketepatannya sama dengan seseorang yang tidak memiliki pengetahuan sama sekali mengenai pasien dan memprediksikan dengan lemparan koin", kata Franklin. "Ini sangat memalukan - setalah puluhan tahun penelitian ilmiah tidak menghasilkan sama sekali kemajuan yang bermakna dalam memprediksi bunuh diri".

Hasil ini tidak menyatakan bahwa seluruh pedoman resiko yang digunakan tidak valid atau tidak berguna, atau terapis harus meninggalkannya, imbuh Franklin". "Karena sebagian besar pedoman ini dihasilkan oleh konsensus para ahli, ada alasan untuk percaya bahwa mungkin dapat berguna dan efektif. Kami menyarankan bahwa pedoman ini tetap digunakan, tetapi perlu ditekankan bahwa terdapat kebutuhan yang mendesak untuk mengevaluasi panduan ini dengan studi longitudinal"

Masalah pada analisis studi terdahulu dalam studi ini adalah metolodologi yang digunakan sangat sempit (kebanyakan melihat pada satu faktor resiko) dan mungkin tidak diperhitungkan kompleksitas peran resikonya di dunia nyata, imbuh  Franklin.

"Beberapa peneliti percaya bahwa satu faktor, seperti keputusasaan, mengukur 1 poin waktu yang akurat memprediksi bunuh diri selama sepuluh tahun terakhir", katanya. "Sebaliknya, sebagian besar mengusulkan bahwa sesuatu seperti: peningkatan cepat rasa keputusasaan dalam lansia (lanjut usia) yang kehilangan istrinya, memiliki senjata, dan memiliki riwayat perilaku bunuh diri dan memiliki berbagai permasalahan fisik akan meningkatkan resiko bunuh diri dalam beberapa jam, hari, atau minggu. Akan tetapi penelitian tidak dapat menguji ide seperti itu.

Terdapat kabar gembira akhir-akhir ini, berdasarkan Franklin. Dalam dua tahun terakhir, beberapa kelompok memulai bekerja mengembangkan "machine learning algorithms" (hal yang sama yang mendorong alogaritma pencarian google, membuat penyaring spam email efektif dan menunjukkan iklan yang relevan) untuk mengkombinasikan sepuluh atau bahkan seratus faktor resiko secara bersamaan untuk memprediksikan perilaku bunuh diri.

"Hasil awal menjanjikan, dengan algoritma memprediksi perilaku bunuh diri dengan lebih dari 80 persen akurasi, tetapi hasil ini baru tahap awal," kata Franklin. "Namun, dalam waktu dekat, pekerjaan ini dapat menghasilkan prediksi yang akurat dariperilaku bunuh diri pada skala besar."

Secara sederhana, penelitian ini menyimpulkan bahwa selama 50 tahun terakhir secara umum peneliti belum dapat memprediksi pikiran dan perilaku bunuh diri secara akurat. Hal ini dikarenakan, metode yang digunakan hanya berfokus pada satu faktor saja. Akan tetapi, penelitian dua tahun terakhir menggunakan machine learning algorithms dapat menghasilkan akurasi lebih dari 80 persen pada tahap awal.

Sumber: Sciencedaily

Sumber Jurnal:
Joseph C. Franklin, Jessica D. Ribeiro, Kathryn R. Fox, Kate H. Bentley, Evan M. Kleiman, Xieyining Huang, Katherine M. Musacchio, Adam C. Jaroszewski, Bernard P. Chang, Matthew K. Nock. Risk Factors for Suicidal Thoughts and Behaviors: A Meta-Analysis of 50 Years of Research.. Psychological Bulletin, 2016; DOI: 10.1037/bul0000084

Tidak ada komentar:

Posting Komentar