Minggu, 04 Desember 2016

6.000 Tahun Yang Lalu Gurun Sahara Daerah Tropis, Lalu Apa Yang Terjadi?

Gurun
Gurun Sahara
Credit: © taka / Fotolia

Setidaknya 6.000 tahun yang lalu, sebagian besar Gurun Sahara diselimuti oleh padang rumput yang menerima banyak curah hujan, namun pergesaran cuaca dunia yang tiba-tiba merubah sebagian daerah yang hijau mejadi tanah kering di Bumi. Peneliti Universitas A&M  mencoba untuk membongkar petunjuk-petunjuk yang mengarah pada perubahan iklim besar-besaran dan penemuanya dapat mengarahkan pada prediksi lebih baik 
curah hujan di lingkup dunia.


Robert Korty, associate professor di departemen Ilmu Atmosfer, bersama dengan kolegannya William Boos dari Universitas Yale, telah mempublikasikan pekerjaanya di isu terkini di Nature Geoscience.

Dua peneliti tersebut telah mencari pola hujan di era Holocene dan membandingkannya dengan pergerakan perubahan dari intertropical convergence zone (zona perkumpulan antar daerah tropis), daerah yang memiliki intensitas curah hujan yang luas. Menggunakan model komputer dan data lain, peneliti menemukan pola hujan ribuan tahun yang lalu.

"Kerangka yang kami kembangkan membantu kami untuk memahami bagaimana jalur hujan lebat tropis dapat mengatur kemana mereka bergerak", jelas Korty..

"Jalur hujan tropis berkaitan dengan hal-hal yang terjadi di tempat lain melalui sirkulasi Hadley, akan tetapi tidak dapat memprediksi perubahan secara langsung di manapun. Sebagai peristiwa berantai, ini sangat kompleks, tetapi ini langkah ke depan untuk mencapai tujuan".

Sirkulasi Hadley merupakan sirkulasi atmosfer tropis yang muncul di sekitar ekuator, dan berdampak pada letak badai, topan, dan jet stream, yang mana dapat berdampak ke daerah subtropis dan dapat menciptakan kondisi seperti gurun. Mayoritas daerah kering bumi berada di lokasi yang termasuk lintasan dari sirkulasi Hadley.

"Kita tahu bahwa 6.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara merupakan daerah yang berhujan", imbuh Korty.

"Bagaimana lajur hujan tropis bergerak menjauh ke utara khatulistiwa, menjadi misteri untuk difahami. Temuan kami menunjukkan bahwa migrasi curah hujan dapat menjadi salah satu bagian dari perubahan global walaupun jalurnya tidak berubah kemanapun.

"Kerangka ini dapat berguna juga untuk memprediksi detail dari bagaimana rain bands cenderung berubah selama El Niño dan  La Niña di zaman moderen (pendingingan dan pemanasan air di samudra tengah pasifik yang mana cenderung mempengaruhi pola cuaca lingkup dunia)".

Temuan dapat mengarah pada jalan yang lebih baik untuk memprediksi pola curah hujan ke depan di belahan dunia,  pendapat Korty..

"Salah satu implikasinya adalah kita dapat menentukan bagaimana posisi curah hujan akan berubah sebagai respon kekuatan individual". katanya. "Kami dapat menyimpulkan bahwa variasi di orbit bumi dapat merubah curah hujan utara yang mana tidak mampu untuk mempertahankan jumlah hujan di Afrika 6.000 tahun lalu dimana bukti geologinya merujuk pada Gurun Sahara yang sekarang. Arus-balik antara perubahan hujan dan tumbuhan harus ada untuk membawa hujan lebat ke Gurun Sahara.

Secara sederhana, penilitian ini menyimpulkan bahwa Gurun Sahara yang 6.000 tahun lalu daerah tropis menjadi daerah gersang dan kehilangan curah hujan, dikarenakan variasi-variasi yang muncul di orbit bumi. Kesimpulan ini didapat dari perbandingan antara pola hujan di era Holocene dengan pergerakan pola perubahan dari intertropical convergence zone zaman sekarang.

Sumber: Sciencedaily

Sumber Jurnal:
William R. Boos, Robert L. Korty. Regional energy budget control of the intertropical convergence zone and application to mid-Holocene rainfall. Nature Geoscience, 2016; 9 (12): 892 DOI: 10.1038/ngeo2833

Tidak ada komentar:

Posting Komentar