Minggu, 04 Desember 2016

Kekurangan Tidur Jangka Pendek Dapat Mempengaruhi Kerja Jantung

Kurang Tidur
Kekurangan Tidur
image source: Health.liputan6.com
Terlalu sedikit tidur dapat mengorbankan jantung anda, menurut studi terbaru yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Radiological Society of North America (RSNA).

Individu yang bekerja di pemadam kebakaran dan pelayanan medis, rumah sakit dan pekerjaan yang memiliki tingkat stres yang tinggi sering bekerja dengan waktu kerja 24 jam dan kesempatan tidur yang sedikit. Sudah diketahui bahwa kelelahan yang ektrem dapat mempengaruhi beberapa proses fisik, pikiran dan emosi, ini studi yang pertama untuk mengetahui pengaruh waktu kerja 24 jam terutama pada fungsi jantung.

"Untuk pertama kali, kita membuktikan bahwa kekurangan tidur jangka pendek dalam konteks waktu kerja 24 jam dapat membuat peningkatan signifikan pada cardiac contractility, tekanan darah dan detak jantung". Menurut Daniel Kuetting, M. D., dari Departemen Diagnosa dan Intervensi Radiologi di Universitas Boon, Boon, German.

Untuk studi, Dr. Kuetting dan kolegannya merekrut 20 orang radiolog yang sehat, terdiri dari 19 laki dan perempuan, dengan rata-rata umut 31,6 tahun. Setiap studi peserta menjalani pencitraan cardiovascular magnetic resonance (CMR) dengan strain analysis sebelum dan sesudah 24 jam jam kerja dengan rata-rata tiga jam tidur.

"Fungsi jantung dalam konteks kekurangan tidur sebelumnya belum pernah diinvestigasikan dengan CMR Strain Analysis, alat ukur yang paling sensitif dalam cardiac contractility", ucap DR. Kuetting.

Peneliti juga mengambil sampel darah dan urin dari peserta dan mengukur tekanan dan dan detak jatung.

Dalam kondisi kekurangan tidur, peserta menunjukkan peningkatan signifikan rata-rata systolic strain (sebelum=-21.9; setelah =-23,4), systolic (112.8; 118.5) dan diastolic (62.9; 69.2) tekanan darah dan detak jantung (63.0; 68.9). Sebagai tambahan, peserta yang memiliki peningkatan signifikan di thyroid stimulating hormone (TSH), thyroid hormones FT3 dan FT4, dan kortisol, hormon yang dilepaskan oleh tubuh untuk merespon stres.

Walaupun peneliti dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada setengah jumlah peserta setelah menjalani ritme tidur tadi, Dr. Kuetting mencatat bahwa studi kedepan di kelompok yang besar diperlukan untuk menentukan kemungkinan efek jangka panjang dari kekurangan tidur.

"Studi ini didesain untuk menyelidiki hubungan antara kehidupan kerja dengan kekurangan tidur", ucap Dr. Kuetting. "Ketika peserta tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi kafein atau makananan dan minuman yang mengandung theobromine, seperti coklat, kacang atau teh, kita tidak memperhitungkan faktor-faktor seperti tingkat stres individu atau stimulus lingkungan.

Sangat penting untuk menyelidiki efek merugikan dari terlalu banyak bekerja dan kekurangan tidur. pada individu yang melanjutkan kerja dengan waktu kerja yang lama atau kerja dengan waktu kerja tambahan untuk memenuhi kebutuhan. Dr. Kuetting percaya bahwa hasil pilot study ini dapat diterapkan untuk profesi yang umumnya memiliki pekerjaan jangka panjang yang tidak henti-henti.

"Penemuaan ini membantu kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik bagaiamana beban kerja dan durasi waktu kerja mempengaruhi kesehatan masyarakat". Katanya.

Secara sederhana, penelitian ini menemukan bahwa kekurangan tidur dalam jangka pendek dapat mempengaruhi fungsi jantung. Penelitian ini  merupakan pilot study yang dilakukan pada 20 orang raidolog dengan menggunakan analisis CMR dan Strain analysis, akan tetapi faktor-faktor tingkat stres individu dan stimulus lingkungan tidak dihitung.

Sumber: Sciencedaily

2 komentar:

  1. wah gawat nih, aku sering begadang soalnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perlu diperbaiki gan....manusia sama kayak mesin...butuh perbaikan...tidur salah satu perbaikannya....minimal 8 jam tidur gan untuk dewasa....

      Hapus